OUT BOND 2015 / 2016

OUT BOND 2015 / 2016
SMP MUHAMMADIYAH 4 TAYU - PATI - JAWA TENGAH



Assalamu'alaikum War Wab.
Salam berjumpa kembali dengan warta baru dari Kru Pemburu Asa SMP Muhammadiyah 4 Tayu - Kabupaten Pati - Provinsi Jawa Tengah.
Kali ini kami akan berbagi kegembiraan dengan anda atau dengan siapa saja yang berkenan merespon aktivitas yang dilaksanakan oleh para aktivis pengelola SMP Muhammadiyah 4 Tayu, khususnya dalam kegiatan lapangan yang disebut out bond.
Telah dicanangkan oleh Wakasek SMP Muhammadiyah 4 Tayu, yang merangkap bagian kurkulum,  dalam kalender kegiatan pembelajaran, bahwa pasca Ulangan Tengah Semester (UTS) semester gasal tahun pelajaran 2015 / 2016 akan dilaksanakan Kegiatan Jeda Semester.
Upaya tindak lanjut, Wakaur Kesiswaan Imam Kuswanto, S.Pd merancang teknis kegiatan, termasuk persiapannya bersama dengan guru yang saling memperkuat satu sama lain, sehingga termasterlah acuan kegiatan Out Bond yang mentap.


Foto di samping adalah Kepala SMP Muhammadiyah 4 Tayu, Andian Sungkono, S.Pd  tengah memberikan sambutannya menjelang keberangkatan siswa-siswi ke lokasi out bond pada hari Selasa 13 Oktober 2015 jam 06.30 pagi.
Dalam paparannya, beliau mencanangkan beberapa hal tentang tata tertib dan aturan yang harus dilakukan oleh seluruh peserta mulai dari saat pergi dari sekolah, setelah sampai di lokasi out bond, maupun saat selesai dan kembali sampai ke rumah masing-masing.
Beliau sangat berharap, bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam out bond tidaklah sekedar refresing, atau bahkan salah pemanfaatan sehingga niat bersenang-senang saja 
yang diutamakan. Tetapi semua siswa hendaknya mampu mengambil pelajaran yang berharga dari kegiatan out bond itu, terutama akan kekasaan Allah SWT.



Gambar di samping adalah dua orang guru pembina dan perancang secenario out bond di [phekawasan dsa Bondo kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara.
Sebelah kiri, Ahmad Syaifuddin, S.PdI, selain sebagai guru agama Islam beliau juga selaku pembina ekstrakurikuler Hisbul Wathan (HW) di SMP Muhammadiyah 4 Tayu. Pak Udin (begitu anak-anak memanggilnya) tercatat sebagai guru muda yang kreatif dan banyak ide.
Sedangkan foto sebelah kanan.Beliau sebagai Wakaur Kesiswaan. Imam Kuswanto, S.Pd, yang dipanggil "Pak Imam" oleh anak-anak.
Pak Imam dengan setelan pakaian oleh raga kaos merah dan celana training berwarna hitam, dengan meyandang sipiker kecil, bersama Pak Udin tengah mempersiapkan pelaksanaan kegiatan yang mesti dilasanakan di lokasi out bond, yaitu di sepanjang pantai pasir putih kawasan laut Bondo Jepara.








PENTAS OUT BOND 
SMP MUHAMMADIYAH 4 TAYU TAPEL 2015/2016 DI BONDO JEPARA

Anak-anak sedang baris di kawasan lokasi out bond. Paling depan selaku pemimpin barisan adalah Ketua OSIS, Bintang Puja Kusuma tengah mempersiapkan teman-teman pengurus Osisnya yng dipercaya Bapak Imam sebagai Panitia Penyelemnggara Kegiatan yang akan dilaksanakan.

 

 Anak-anak Aktion dulu sebelum berlaga dalam bermacam kegiatan yang akan digelar di pantai pasir putih laut indah Desa Bondo Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah                      

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 UihUiihhh......, Siapa lagi ini ?

                                                    

 Walau hanya pakai setelan kaos panjang warna lurik and celana panjang hitam, and blue kerudung, tetapi tetap takkan kabur dengan eloknya nuansa laut yang biru. Seorang guru muda pengajar mata pelajaran bahasa inggris sedang melaksanakan pembimbingan terhadap anak-anak yang akan melakukan lomba estafet bola pingpong di lokasi out bond. Dia adalah Elisa Oktavia, S.Pd. Aset mahal SMP Muhammadiyah 4 Tayu.

 

 

Anak-anak SMP Muhammadiyah 4 Tayu Mengadu Kesaktian di Arena Out Bond

Dokumentasi lomba tarik tambang

Tampak dalam gambar group tarik tambang anak putri sudah siap adu kekuatan.
Dengan dipandu oleh jawaranya SMP Muhammadiyah 4 Tayu yaitu bapak Laziman (tampak pakai kaos dan celana hitam), posisi berada di tengah diantara group 1 dan group 2.
Siiiiaaap......satu......dua......tiga. Adu ototpun dimulai, hingga saking semangat dan kecang serta kuatnya menarik, tambang yang tadinya ada di pijakan kaki pak kumis terhempas seketika. Apa yang terjadi ? pasirpun berhamburan hingga ada yang berterbangan mengenai kepala dan rambut pak Jawara.

Tak perlu diragukan lagi, kalau soal kekuatan fisik di SMPMuhamadiyah 4 Tayu adalah gudangnya anak-anak yang berotot. Mereka mayoritas memang menyimpan jurus andalan kehebaan fisik. Maka kegiatan yang dimotori dengan lah raga tak bukan menjadi favoritnya. Bisa disimak dalam lomba adu otot secara group, yaitu tarik tambang. Begitu seriusnya, seolah mati-matian saling mempertahankan martabat. Tak mau mereka dikomentari sebagai generasi loyo oleh para pembina, terutama bapak komandan Laziman.

 

 

 

 

 

 

DOKMENTASI LOMBA TARIK TAMBANG DI PANTAI BONDO JEPARA






DOKUMENTASI LOMBA ESTAFET 

BOLA PINGPONG

 

 

DOKUMENTASI LOMBA GENDONG BALON

        

 

 

 

 


000000000000 Sambung lagi besuk ya brooo  00000000000000000

 

 

 

 

 

 

Related Posts:

Harpenas

Memperingati HARDIKNAS :



PAHLAWAN PENDIDIKAN NASIONAL 

1. KI HADAR  DEWANTARA
  Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun; selanjutnya disingkat sebagai “Soewardi” atau “KHD”) adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah.



HAL YANG PERLU DI TELADANI:
1. Masa pengasingan Dia mendalami pendidikan dan pengajaran.
Sindiran Ki Hajar Dewantara melalui tulisan-tulisannya di beberapa surat kabar menyulut kemarahan Belanda, puncaknya Gubernur Jendral Idenburg memerintahkan agar Ki Hajar Dewantara di asingkan ke Pulau Bangka tanpa proses peradilan terlebih dahulu. Atas permintaan kedua rekannya yang juga mengalami hukuman pengasingan yaitu dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, pengasingan mereka dilaihkan ke negeri Belanda. Masa pembuangan di negeri Belanda tersebut tidak disia-siakan oleh KI Hajar Dewantara untuk mendalami bidang pendidikan dan pengajaran, hingga akhirnya memperoleh sertifikat Europeesche Akte.

2.Beliau  Berjuang Lewat Tulisan
Tak berhasil menyelesaikan pendidikannya di STOVIA, tak membuat Ki Hajar Dewantara vakum, beliaupun mulai menulis untuk beberapa surat kabar sebagai wartawan muda. Selain itu beliau juga aktif di berbagai kegiatan sosial dan politik. Sebagai seorang wartawan tulisan-tulisan beliau dikenal sangat patriotik dan mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkenal anatarlain “Seandainya Aku Seorang Belanda” (judul asli: Als ik eens Nederlander was), dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker, tahun 1913. Artikel ini ditulis sebagai protes atas rencana pemerintah Belanda untuk mengumpulkan sumbangan dari Hindia Belanda (Indonesia), yang saat itu masih belum merdeka, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis.
Sekembalinya ke tanah air pada tahun 1918, Ki Hajar Dewantara mencurahkan perhatiannya di bidang pendidikan sebagai salah satu bentuk perjuangan meraih kemerdekaan. Bersama rekan-rekan seperjuangannya lainnya, Ki Hajar mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 Juli 1922. Taman Siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Perjuangan Ki Hajar Dewantara tak hanya melalui Taman siswa, sebagai penulis, Ki Hajar Dewantara tetap produktif menulis untuk berbagai surat kabar. Hanya saja kali ini tulisannya tidak bernuansa politik, namun beralih ke bidang pendidikan dan kebudayaan. Tulisan KI Hajar Dewantara berisi konsep-konsep pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan kebangsaan. Melalui konsep-konsep itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.



3. Punya Semboyan Pendidikan yang kita ikuti sampai sekarang
Dalam perjuangannya terhadap pendidikan bangsanya, Ki Hajar Dewantara mempunyai Semboyan yaitu tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan kita, terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa.
4. Sebagai Pahlawan Pendidikan Indonesia
Di Usia nya yang genap 40 tahun, Ki Hajar Dewantara mencabut gelar kebangsawanannya dan mengganti nama aslinya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat menjadi Ki Hadjar Dewantara. Hal ini dimaksudkan agar beliau dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hati. Pada masa pendudukan Jepang, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai salah satu pimpinan pada organisasi Putera bersama-sama dengan Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Dimasa kemerdekaan Ki Hajar Dewantara dingkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Perjuangan Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan Indonesia membuat beliau layak di anugerahi gelar pahlawan pendidikan Indonesia. Tak berlebihan pula jika tanggal lahir beliau, 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional untuk mengenang dan sebagai penyemangat bagi kita untuk meneruskan prakarsa dan pemikiran-pemikiran beliau terhadap pendidikan Indonesia.

                                                                                                                   Pati Utara, 1 Mei 2015



Related Posts: